LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA
MORFOLOGI, IDENTIFIKASI DAN KUNCI DETERMINASI KELAS AMPHIBIA
Oleh:
NAMA : WINDAHAYATI
NO. BP : 0910421012
KELOMPOK : 2
LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2011
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amfibi (kelas Amphibia) adalah hewan berdarah dingin tetrapoda (vertebrata berkaki empat) telur yang tidak memiliki membran pelindung tangguh sekitar embrio. The "amfibi" istilah berasal dari bahasa Yunani, Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa sebagian besar amfibi biphasic, memiliki tahap air di mana mereka menghabiskan sebagian waktu mereka, serta tahap terestrial. Banyak, tetapi tidak berarti semua amfibi, mengalami perubahan dari tahap larva air di mana mereka mendapatkan oksigen dari anggota badan air dan kekurangan, ke bentuk, berkaki empat dewasa bernapas disesuaikan untuk tinggal di tanah. Ada sekitar enam ribu spesies hidup yang berbeda amfibi. Contohnya termasuk katak, kodok, salamander, kadal air, mudpuppies, dan caecilian (New world encyclopedia, 2008).
Berdasarkan American Museum Natural History (2011), Kelas amphibia di dunia saat ini terdiri dari 6771 spesies, di mana Ordo Anura terdiri dari 5966 spesies, Ordo Caudata 619 spesies, dan Ordo Ghymnophiona 186 spesies. Famili Bufonidae dari Ordo Anura terdiri dari 558 spesies. Famili Megophryidae terdiri dari 156 spesies, famili Ranidae 347 spesies. Famili Microhylidae terdiri dari 487 spesies dan 321 spesies dari Rhacoporidae.
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Kunci determinasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk pengelompokan spesies berdasarkan ciri-ciri morfologinya (Iskandar, 1998).
1.2 Tujuan
Praktikum Morfologi, Identifikasi, dan Kunci Determinasi Kelas Amphibia ini bertujuan untuk mengetahui morfologi, identifikasi dan kunci determinasi pada kelas amphibia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Saat dewasa hewan amphibi masih memerlukan tempat yang terdapat air atau lembab untuk hidup. Amphibi selalu hidup berasosiasi dengan air, tetapi hewan ini menghuni habitat yang cukup beragam mulai dari yang hidup di bawah permukaan air sampai yang hidup di puncak pepohonan. Kebanyakan hewan ini hidup di kawasan berhutan, karena memerlukan kelembaban untuk melindungi tubuhnya dari kekeringan. Semua amphibi adalah karnivora,makanannya terutama terdiri dari arthopoda, cacing dan larva serangga untuk jenis kecil, untuk yang lebih besar dapat memakan binatang yang lebih kecil seperti ikan kecil, udang, katak kecil, bahkan kadal kecil ataupun ular kecil. Amfibi tidak memiliki alat fisik untuk mempertahankan diri seperti taring dan cakar, sebagian besar untuk jenis katak mengandalkan kaki belakangnya untuk melompat dan menghindari bahaya, alat pertahanan lain yang cukup efektif adalah kulitnya yang beracun. Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah) (Suprianto, 2010).
Ketergantungan Amphibia terhadap lingkungannya bagi kepentingan suhu tubuhnya membuat Amphibia umumnya terbatas pada habitat spesifik. Karena Amphibia memiliki kontrol yang kecil terhadap suhu tubuhnya, maka demi kesehatan maka Amphibia harus tetap berada dalam lingkungan dengan batas-batas suhu yang sesuai. Dalam satu habitat, banyak terdapat mikro-habitat yang memiliki suhu berbeda dengan suhu ambien. Amphibia menggunakan posisi tubuh untuk memanfaatkan mikro-habitat ini, yaitu dengan cara memaparkan tubuh ke permukaan atau sebaliknya. Beberapa jenis Amphibia juga mampu mengurangi kehilangan uap air dari kulit, yang merupakan tehnik penguruangan suhu yang penting. Kebanyakan Amphibia mampu mengubah warna agar mampu menyerap atau merefleksikan jumlah radiasi matahari. Katak pohon dari marga Hylidae misalnya, seringkali memiliki warna hijau yang berbeda saat panas (Matthewbyrne, 2009).
Pada umumnya katak aktif pada malam hari (nocturnal) dan biasanya berada dengan posisi kepala menghadap ke air. Ketika makan, katak menjulurkan lidahnya yang panjang dan lunak untuk menangkap mangsa. Makanannya terutama terdiri dari Arthropoda, cacing, larva serangga, ikan kecil, udang, kerang, katak muda bahkan kadal, ular dan tikus kecil. Suhu udara yang turun pada malam hari dan naiknya kelembaban udara atau kalau ada hujan memberi kondisi yang baik bagi kegiatan katak (Jafnir, 1984).
Kodok dan katak termasuk urutan Anura ("tanpa ekor") atau Salientia. Sekitar 5000 spesies anurans telah diidentifikasi, dan ini diklasifikasikan ke dalam sekitar 30 keluarga. Anura dewasa masih ada kekurangan ekor. Katak dan kodok adalah amfibi paling banyak dan beragam, yang ditemukan di habitat hampir semua, termasuk ceruk aboral, air dan darat, dan setiap benua kecuali Antartika. Tiga spesies memiliki rentang yang memperpanjang di atas Lingkaran Kutub Utara. Katak dan kodok istilah yang tidak tepat, dengan "katak" umum digunakan untuk setiap jenis yang disesuaikan dengan lingkungan yang kering. Anura telah berkembang dengan baik suara, sedangkan dua perintah lainnya amfibi dibatasi untuk suara seperti batuk dan mendengus (New world encyclopedia, 2008).
Katak mudah dikenal dari tubuh yang tampak berjongkok dengan empat kaki untuk melompat dan tanpa ekor. Kaki belakang berfungsi untuk melompat, lebih panjang dari pada kaki depan yang pendek dan ramping, dan berguna untuk melompat mencari mangsa atau menghindarkan diri. Matanya sangat besar dengan pupil mata horizontal dan vertikal. Pada beberapa jenis katak pupil matanya berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok. Ujung jarinya mungkin tidak berbentuk, hanya silindris atau berbentuk piringa yang pipih dan kadang-kadang mempunyai lipatan kulit lateral lebar. Kaki depan mempunyai empat jari, sedangkan kaki belakang berjari lima. Selaput kulit tumbuh diantara jari-jari. Selaput ini bervariasi dari tiap jenis. Beberapa jenis hampir tidak berselaput tetapi pada jenis yang lain selaputnya meluas sampai menutupi jari atau pelebaran ujung jari (Iskandar, 1998).
Ordo anura atau katak mudah dikenali dari tubuhnya yang seperti sedang berjongkok, leher tidak jelas. Tubuh katak tersusun dari tiga bagian (1) kepala; (2) badan; (3) anggota gerak, kepalanya pipih lebar begitu juga dengan mulutnya memiliki lidah yang panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap mangsa , pangkal lidah terdapat di depan dan ujung lidah di belakang mulut. Giginya terdapat pada langit-langit mulut yang disebut gigi vormer, matanya yang besar menonjol di sisi kepala, terdapat du kelopak yaitu atas dan bawah tetapi sulit digerakkan, sebagai gantinya katak memiliki selaput bening tipis yang disebut selaput niktitans, pada ujung depan atas mulut erdapat lubang hidung yang dapat menutup saat menyelam di air. Di bagian sisi belakang mata terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran tympani. Badan katak juga lebar memiliki dua pasang anggota gerak (kaki), bagian depan lebih kecil dan pendek dari kaki bagian belakang. Jari kaki depan ada empat sedangkan jari kaki belakang ada lima, untuk memudahkan berenang pada bagian diantara jari-jarinya terdapat slaput renang. Kulit katak selalu di basahi oleh kelenjar kulit yang menghasilkan lendir. Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae, Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae. Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae (Suprianto, 2010).
Iskandar (1998), membedakan Ranidae menjadi dua anak suku yaitu anak suku Ranidae dan anak suku Dicroglossinae, berdasarkan morfologi jari dan lipatan dorsolateral. Anak suku Ranidae mencakup katak yang lebih kurang ramping dengan sepasang lipatan dorsolateral yang jelas, ujung jari tangan dan kaki berakhir dengan ujung yang melebar dan rata. Suku Bufonidae sangat umum dan tersebar hampir diseluruh belahan dunia kecuali didaerah Australo-Papua di belahan bumi selatan. Anggota dari Bufonidae kekar dan kasar penampilannya, dan pada beberapa jenis tubuh tertutup oleh bintil-bintil, panjangnya bervariasi dari yang terkecil sekitar 25 mm sampai yang terbesar sekitar 25 cm. Di Indonesia, suku ini diwakili oleh 6 marga diantaranya Bufo, Ansonia, Leptophryne, Pedostibes, Pelophryne, Pseudobufo.
Dalam hal ini, Famili Ranidae merupakan katak yang persebarannya sangat luas di Indonesia yang mewakili oleh sepuluh marga dan kurang dari 100 spesies. Disumatera diwakili oleh lima marga dan kelima marga terdapar dalam Kawasan ekosistenm Leuser. Habitatnya beragam dari hutan mangrove sampai hutan pegunungan dari hutan primer, sekunder, belukar, padang rumput sampai sekitar pemukiman. Sedangkan famili Bufonidae menempati dari pemukiman penduduk, rawa, hutan sekunder, hutan primer, dari permukaan laut samapi pegunungan. Ukurannya dari 25-250 mm (Iskandar, 2003).
Famili Megophryidae, hidup diantara daun-daun kering (serasah) di hutan, sehingga sering tersamar oleh dedaunan tersebut. Katak ini dapat ditemukan mulai 0 mdpl sampai hampir 1500 mdpl, katak ini bergerak cukup lamban karena kakinya yang relatif pendek. Tidak seperti katak jenis lain yang mengandalkan kemampuannya meloncat dari satu tempat ketempat lain, katak family Megophryidae lebih mengandalkan kemampuannya menyaru diantara dedaunan kering untuk dapat bertahan hidup (Suprianto, 2010).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Morfologi, Identifikasi dan Kunci Determinasi Kelas Amphibia ini dilaksanakan pada hari Senin, 21 dan 28 Maret 2011 di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Morfologi, Identifikasi dan Kunci Determinasi Kelas Amphibia ini adalah bak bedah, penggaris, vernier caliper, dan alat tulis. Dan bahan yang digunkan adalah Bufo asper, Bufo melanostictus, Megophrys nasuta, Leptobranchium abbotti, Limnonectes blythii, Limnonectes kuhlii, Limnonectes shompenorum, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Rana picturata, Rana erythraea, dan Rana chalconota.
3.3 Cara Kerja
Untuk pengamatan pada praktikum ini disediakan alat dan bahan praktikum. Diletakkan katak atau kodok pada bak bedah dengan posisi kepala di sebelah kiri. Diamati katak atau kodok tersebut, digambar dan dilakukan pengukuran serta perhitungan terhadap setiap karakter katak atau kodok, yaitu Panjang Badan (PB), Lebar Kepala (LK), Panjang Kaki Depan (PKD), Panjang Tibio-fibula (PTF), Panjang Femur (PF), Panjang Kaki Belakang (PKB), Panjang Moncong (PM), Diameter Tympanum (DT), Diameter Mata (DM), Jarak Inter Orbital (JIO), Jarak Inter Nares (JIN), Jarak antara Hidung dan Mata (JHM), Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD), Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB), Ada/tidak processus odontoid pada mandibula, Ada/tidak gigi former, Bentuk kelnjar paratoid, tutupan selaput renang, Ada/tidak kelenjar ekstermitas, Bentuk ujung jari, Ada/tidak Tubercle (bintil-bintil pada Bufo), Ada/tidak nuptial pad, dan Ada/tidak alur supraorbital. Setelah itu digambar morfologi katak/kodok tersebut dan kemudian dibuat kunci determinasinya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi dan Identifikasi
4.1.1 Bufo asper
Berikut ini adalah klasifikasi dari Bufo asper:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo asper Gravenhorst, 1829 (Iskandar 1998)
Gambar 1. Bufo asper
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 78,00 mm, Lebar Kepala (LK) 27,00 mm, Panjang Kepala (PK) 26,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 51,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 37,00 mm, Panjang Femur (PF) 28,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 109,00 mm, Panjang Moncong (PM) 9,00 mm, Diameter Tympanum (DT) 4,00 mm, Diameter Mata (DM) 9,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 26,00 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 7,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>4>2>1, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>3>5>1, Ada/tidak processus odontoid pada mandibula, Ada/tidak gigi former, Bentuk kelnjar paratoid, tutupan selaput renang, Ada/tidak kelenjar ekstermitas, Bentuk ujung jari, Ada/tidak Tubercle (bintil-bintil pada Bufo), Ada/tidak nuptial pad, dan Ada/tidak alur supraorbital.
Bufo asper memiliki tubuh besar dan gemuk. Kulit ditutupi dengan kutil atau tuberkel, nama spesies ini berasal dari tekstur kulit kasar. Kepala lebar dan tumpul, tanpa puncak kurus. Katak ini memiliki kelenjar parotoid bulat telur terhubung ke pinggiran supraorbital oleh punggungan supratympanic. Tympanum yang terlihat. Tangan dan kaki yang keras. Kaki keempat adalah terpanjang, dan semua jari kecuali keempat sepenuhnya berselaput. Jantan memiliki bantalan perkawinan pada dasar jari pertama. Bufo asper biasanya coklat tua, abu-abu atau warna hitam, dengan bercak hitam bagian perut. Jantan memiliki warna kehitaman pada tenggorokan mereka (Iskandar 1998).
Bufo asper berudu kecil, mencapai 12-15 mm sebelum metamorfosis. Tubuh berbentuk oval dan agak pipih. Ekor berbentuk daun, bulat dengan ujung yang sempit. Bibir bawah cukup luas dengan mulut cuplike memungkinkan kecebong untuk mematuhi substrat dasar di mata air. Rumus denticle adalah II / III. Pewarnaan Kecebong adalah baik semua hitam atau coklat tua (Amphibiaweb, 2011).
4.1.2 Bufo melanostictus
Berikut ini adalah klasifikasi dari Bufo melanotictus:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo melanostictus Schneider, 1799 (Encyclopedia of Life, 2011)
Gambar 2. Bufo melanostictus
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 54,60 mm, Lebar Kepala (LK) 20,60 mm, Panjang Kepala (PK) 17,90 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 35,60 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 24,20 mm, Panjang Femur (PF) 24,10 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 83,50 mm, Panjang Moncong (PM) 6,20 mm, Diameter Tympanum (DT) 2,90 mm, Diameter Mata (DM) 6,70 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 7,70 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 3,40 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>1>4>2, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>3>2>5>1, Ada/tidak processus odontoid pada mandibula, Ada/tidak gigi former, Bentuk kelnjar paratoid, tutupan selaput renang, Ada/tidak kelenjar ekstermitas, Bentuk ujung jari, Ada/tidak Tubercle (bintil-bintil pada Bufo), Ada/tidak nuptial pad, dan Ada/tidak alur supraorbital.
Bufo melanostictus kepala dengan berbeda rostral, preorbital, supraorbital, postorbital dan pendek orbito-timpani, puncak tengkorak, tidak ada punggung bukit temporal, ruang interorbital lebih luas dari bagian atas kelopak mata, tympanum sangat berbeda, setidaknya dua pertiga diameter mata, jari pertama umumnya tetapi tidak selalu melampaui kedua, tuberkel subarticular ganda hanya di bawah jari ketiga. Jari kaki dengan Tuberkulum subarticular tunggal, elipticle parotis, dengan coklat gelap concretions branching tersebar; kulit sangat tuberculated pada panggul, tuberkel biasanya berujung dengan duri coklat gelap, sebuah baris punggung lateral terhuyung-huyung dari 8-9 tuberkel membesar; puncak kranial, bibir, tips digit, tuberkel metakarpal dan metatarsal yang cornified dengan coklat tua, yang cenderung gemuruh dari pada individu yang diawetkan, kepala hampir halus. Di Pakistan kodok ini sebagai subspesies baru Bufo melanostictus hazarensis, atas dasar kelenjar parotis berbentuk ginjal; tuberkel subarticular ganda di bawah barisan kedua terakhir dari semua jari; ridge rostral absen dari kepala; punggung bukit sementara ini; cahaya coklat punggung. Ini adalah katak terbesar di Pakistan, betina melebihi 150 mm-lubang moncong panjang (Amphibiaweb, 2011).
4.1.3 Leptobranchium abbotti
Berikut ini adalah klasifikasi dari Leptobranchium abbotti:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Megophryidae
Genus : Leptobranchium
Spesies : Leptobranchium abbotti Cochran, 1926 (Encyclopedia of Life, 2011)
Gambar 3. Leptobranchium abbotti
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 68,00 mm, Lebar Kepala (LK) 21,20 mm, Panjang Kepala (PK) 3,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 35,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 38,00 mm, Panjang Femur (PF) 29,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 63,00 mm, Panjang Moncong (PM) 10,00 mm, Diameter Tympanum (DT) 11,00 mm, Diameter Mata (DM) 6,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 8,00 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 15,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>4>2>1, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>3>5>2>1, ada processus odontoid pada mandibula, tidak ada gigi former, ada kelenjar paratoid bentuk bulat, tidak ada tutupan selaput renang, ada kelenjar ekstermitas, bentuk ujung jari bulat tonjolan, tidak ada Tubercle (bintil-bintil pada Bufo), tidak ada nuptial pad, dan tidak ada alur supraorbital.
Katak ini ditemukan di seresah-seresah lantai hutan. Habitat yang digunakan adalah tipe habitat hutan alami. Katak ini berukuran sedang (40 mm), dengan ciri-ciri memiliki mata yang besar dan ukuran kaki-kakinya yang pendek. Warna: iris berwarna hitam, punggung coklat kehitaman dengan bercak-bercak, permukaan perut berwarna putih (Amphibiaweb, 2011).
Katak dengan kepala lebar, mata besar, pendek, kaki ramping dan kaki tanpa anyaman. Pria mencapai 75 mm SVL dengan perempuan hingga 95 mm SVL. Kepala, punggung, dan samping adalah cokelat atau hitam sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan hitam. Individu dari Sarawak mungkin memiliki perut abu-abu atau putih tanpa tanda. Para kecebong besar bisa mencapai panjang 75-90 mm pada saat mereka metamorfosa. Berudu yang pucat coklat atau kekuning-kuningan pada awalnya, namun secara bertahap coklat gelap ke menengah. Seiring waktu, para kecebong mengembangkan bintik hitam di ekor dan badan dengan bercak hitam selalu hadir di persimpangan batang dan ekor (Inger dan Stuebing 1997).
4.1.4 Megophrys nasuta
Berikut ini adalah klasifikasi dari Megophrys nasuta:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Megopryidae
Genus : Megophrys
Spesies : Megophrys nasuta Schlegel, 1858 (Encyclopedia of Life, 2011)
Gambar 4. Megophrys nasuta
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 112,00 mm, Lebar Kepala (LK) 51,00 mm, Panjang Kepala (PK) 47,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 91,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 42,00 mm, Panjang Femur (PF) 33,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 23,00 mm, Panjang Moncong (PM) 17,00 mm, Diameter Tympanum (DT) 11,00 mm, Diameter Mata (DM) 13,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 16,00 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 1,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>1>2>4, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>3>5>2>1, ada processus odontoid pada mandibula, tidak ada gigi former, tidak ada kelenjar paratoid, tidak ada tutupan selaput renang, ada kelenjar ekstermitas, bentuk ujung jari bulat, tidak ada Tubercle (bintil-bintil pada Bufo), tidak ada nuptial pad, dan tidak ada alur supraorbital.
Katak ini ditemukan tepatnya pada seresah-seresah daun di lima tipe habitat yaitu ladang, semak, perkebunan, hutan bambu, dan hutan sekunder muda. Katak ini berbeda dengan jenis Leptobrachium, karena berukuran lebih besar (70-125 mm) yang paling besar berhasil ditemukan adalah berukuran 117 mm sedang memakan tikus kecil berukuran panjang 80 mm. Ciri khas dari katak ini adalah pada mata terdapat perpanjangan dermal yang jelas menyerupai tanduk, kepala dan tubuh kekar dan bentuk moncong yang meruncing. Warna: iris berwarna coklat kemerahan, punggung coklat kemerahan dengan spot hitam pada punggung, dan perut berwarna putih (Amphibiaweb, 2011).
Katak ini sangat kekar, menengah untuk katak besar, dengan pendek, kaki ramping. Lebar kepala adalah setengah panjang kepala-plus-tubuh. Tanduk sangat luas, menunjuk, proyeksi segitiga dari tepi kelopak mata. Kebanyakan individu spesies ini juga memiliki proyeksi menunjuk serupa dari ujung moncong. Bagian belakang memiliki dua pasang panjang, sempit lipatan kulit. Warna tanah liat cahaya sampai coklat kemerahan, kadang-kadang dengan bintik-bintik satu atau dua gelap di bagian belakang. Biasanya ada bar, lebar gelap di sisi kepala di bawah mata. Kebiasaan dan habitat: Spesies ini tampaknya menjadi yang paling luas dan umum dalam genus. Ia tinggal di flat untuk hutan hujan curam, dari permukaan laut dekat sekitar 1600 meter. Dewasa berkembang biak di sungai yang lemah untuk arus moderat. Berudu tinggal di jeram, dan sering ditemukan bersembunyi di mana tikar akar jejak bank vegetasi di dalam air. Sebaran: Ditemukan di seluruh Kalimantan. Hal ini juga terjadi di Sumatera dan Semenanjung Malaysia (Anonymous, 2008).
4.1.5 Fejervarya cancrivora
Berikut ini adalah klasifikasi dari Fejervarya cancrivora:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya cancrivora Gravenhorst, 1829 (Iskandar, 2003)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 165, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 33,00 mm, Panjang Kepala (PK) 21,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 39,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 22,00 mm, Panjang Femur (PF) 29,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 95,00 mm, Panjang Moncong (PM) 11,00, Diameter Tympanum (DT)7,00 mm, Diameter Mata (DM) 12,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 12,00, Jarak Inter Nares (JIN) 8,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 7,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>1>4>2, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>5>3>2>1, bentuk mulut truncatus, bentuk ujung jari merincing.
Katak berukuran besar dengan lipatan- lipatan atau bintil- bintil memanjang parallel dengan sumbu tubuh.Hanya terdapat satu bintil metatarsal dalam, selaput selalu melampaui bintil subartikuler terakhir jari kaki ke 3 dan ke 5. Warnanya seperti lumpur yang kotor dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap.Sering disertai dengan garis dorsolateral yang lebar (Iskandar,1998).
4.1.6 Fejervarya limnocharis
Berikut ini adalah klasifikasi dari Fejervarya limnocharis:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Fejervarya
Species : Fejervarya limnocharis Boie, 1835 (Encyclopedia of Life, 2011)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 55, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 22,00 mm, Panjang Kepala (PK) 21,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 39,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 17,00 mm, Panjang Femur (PF) 24,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 42,00 mm, Panjang Moncong (PM) 11,00, Diameter Tympanum (DT) 4,00 mm, Diameter Mata (DM) 5,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 13,00, Jarak Inter Nares (JIN) 4,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 5,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>1>2>4, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 2>3>1>4>5, bentuk mulut truncatus, bentuk ujung jari rounded, ada gigi former, ada tutupan selaput renang, warna kepala coklat keemasan, ada processus odontoid pada mandibula.
Katak ini merupakan jenis yang berukuran kecil dengan ukuran jantan 50 mm dan betina sampai 60 mm. Memiliki kepala runcing, pendek, jari kaki setengah yang berselaput, tepat sampai pada ruas yang terakhir. Mempunyai sepasang bintil metatarsal. Kulit berbintil- bintil panjang jelas parallel dengan sumbu tubuh. Wrna tubuh kotor seperti lumpur dengan bercak gelap, kadang- kadang berwarna kehijauan dan sedikit semu kemerahan (Iskandar,1998).
4.1.7 Limnonectes blythii
Berikut ini adalah klasifikasi dari Limnonectes blythii:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Species : Limnonectes blythii Boulenger, 1920 (Iskandar, 2003).
Gambar 7. Limnonectes blythii
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 96, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 44,00 mm, Panjang Kepala (PK) 40,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 47,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 50,00 mm, Panjang Femur (PF) 48,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 168,00 mm, Panjang Moncong (PM) 14,00, Diameter Tympanum (DT) 6,00 mm, Diameter Mata (DM) 12,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 23,00, Jarak Inter Nares (JIN) 9,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 13,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>1>4>2, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 3>2>4>1, bentuk mulut sloping, bentuk ujung jari gada, ada gigi former, ada tutupan selaput renang, ada nuptial pad, warna kepala coklat kehitaman, ada processus odontoid pada mandibula.
Katak ini merupakan amphibi terbesar kedua di dunia, di temukan di wilayah Indonesia. Ciri-cirinya yaitu tubunya yang besar, kaki belakang panjang dan kuat, moncong menyudut tajam, kaki belakang selaput renag penuh dan warna merah kecoklatan sampai coklat (Iskandar, 2003).
4.1.8 Limnonectes kuhlii
Berikut ini adalah klasifikasi dari Limnonectes kuhlii:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Ranidae
Genus : Limnonectes
Species : Limnonectes kuhlii Tschudi, 1838 (Zipcodezoo, 2009)
Gambar 8. Limnonectes kuhlii
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 53, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 33,00 mm, Panjang Kepala (PK) 21,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 32,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 26,00 mm, Panjang Femur (PF) 29,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 94,00 mm, Panjang Moncong (PM) 8,00 mm, Diameter Tympanum (DT) tidak jelas, Diameter Mata (DM) 6,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 11,00, Jarak Inter Nares (JIN) 4,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 6,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 2>4>1>3, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 3>4>2>1, bentuk mulut sloping, bentuk ujung jari gada, ada gigi former, ada tutupan selaput renang, ada nuptial pad, warna kepala coklat kehitaman, ada processus odontoid pada mandibula.
Merupakan katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot terutama pada yang jantan, jari seluuhnya berselaput renang sampai keujung jari. Kaki sangat pendek dan berotot. Ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80mm dan betina dewasa sampai 70mm memiliki tekstur kuit yang sangat berkerut dan warnanya hitam marmer diseluruh bagian dorsum sampai kehitaman (Iskandar, 1998).
4.1.9 Limnonectes shompenorum
Berikut ini adalah klasifikasi dari Limnonectes shompenorum:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Limnonectes
Spesies : Limnonectes shompenorum Das, 1996 (Zipcodezoo, 2009)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 95, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 33,00 mm, Panjang Kepala (PK) 41,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 38,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 50,00 mm, Panjang Femur (PF) 42,90 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 62,40 mm, Panjang Moncong (PM) 25,00 mm, Diameter Tympanum (DT) 10,20 mm, Diameter Mata (DM) 7,70 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 7,00, Jarak Inter Nares (JIN) 9,5,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 8,20 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>1>4>2, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>3>5>2>1.
Limnonectes shompenorum memiliki bentuk tonjolan kurva timpanum yang pipih pada bagian atas tympanum. Timpanum berwarna lebih gelap dibandingkan warna kulit disekitarnya. Diameter timpanum sekitar 1/2 diameter mata. Jari tangan tidak mempunyai selaput renang; sedangkan jari kaki berselaput renang sampai ke ujung jari. Kulit pada punggung halus, hampir tidak ada tonjolan-tonjolan kecil. Tidak mempunyai garis tengah memanjang pada punggung. Warna punggung coklat muda polos. Panjang tubuh maksimum dapat mencapai 120 mm. Macam habitat di mana jenis ini kerap dijumpai adalah sungai berbatu berarus deras dan persawahan di daerah dataran rendah. Kodok ini banyak dijumpai di sungai-sungai berbatu berarus deras, tetapi sangat berlimpah di areal persawahan yang berdekatan dengan sungai berbatu tersebut. Habitat asal dari kodok ini adalah sungai; sedangkan persawahan adalah habitat pilihan kedua yang sangat disukainya. Di persawahan mereka kawin dan bertelur, serta dijumpai juga individu pra dewasa; sedangkan di sungai hampir semuanya dijumpai individu dewasa, jarang sekali dijumpai anakan. Kodok ini tidak ditemukan pada persawahan yang berdekatan dengan sungai besar dan dalam serta berarus lambat. Oleh sebab itu jenis ini hanya banyak dijumpai di daerah pantai barat Sumatra dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Ketinggian tempat dari sungai dan persawahan yang umumnya mereka didapatkan berlimpah adalah antara 0-100 meter dpl. Penyebaran L. shompenorum diketahui mulai dari pantai barat Sumatra (Bengkulu, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh) dan pulau-pulau disekitarnya (Enggano, Siberut, Sipora, Kepulauan Batu, Nias, Simeulue), Natuna, Nicobar, Singapura, dan Semenanjung Malaysia (IUCN, 2006).
4.1.10 Rana chalconota
Berikut ini adalah klasifikasi dari Rana chalconota:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana chalconota Schlegel, 1837 (Zipcodezoo, 2009)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 50, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 14,50 mm, Panjang Kepala (PK) 13,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 3,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 27,00 mm, Panjang Femur (PF) 20,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 7,80 mm, Panjang Moncong (PM) 0,85 mm, Diameter Tympanum (DT) 0,75 mm, Diameter Mata (DM) 0,55 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 0,40 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 0,40 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 7,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>4>2>1, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>5>3>2>1, bentuk mulut sloping, bentuk ujung jari disc, ada tutupan selaput renang.
4.1.11 Rana erythraea
Berikut ini adalah klasifikasi dari Rana erythraea:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana erythraea Schlegel, 1837 (Miller, 2011)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 78, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 28,00 mm, Panjang Kepala (PK) 27,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 35,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 40,00 mm, Panjang Femur (PF) 30,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 58,00 mm, Panjang Moncong (PM) 13,00 mm, Diameter Tympanum (DT) 7,00 mm, Diameter Mata (DM) 8,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 15,00 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 8,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 8,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>4>2>1, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>5>3>2>1, bentuk mulut truncatus, bentuk ujung jari gada, ada tutupan selaput renang, ada nuptial pad, ada gigi former, warna hijau.
Rana erythraea secara seksual dimorfik, betina dewasa mencapai ukuran maksimum 78 mm SVL, dan jantan mencapai maksimum 48 mm SVL. Mewarnai Sirip punggung bervariasi dari terang ke hijau gelap dan sisi ventral umumnya keputihan. Memiliki lipatan krim dorso-lateral berwarna yang kadang-kadang berbatasan dengan hitam. Tangan dan kakinya kekuning-kuningan dengan bercak tidak teratur. Spesies ini memiliki kulit halus, dan panjang, jari-jari yang melebarkan ke disk dengan alur. memiliki hindlimbs panjang. Ada tuberkulum metatarsal, tetapi tuberkulum metatarsal luar tidak ada. Jantan yang jauh lebih kecil daripada betina danJantan dewasa pembiakan memiliki bantalan perkawinan beludru kuning pada jari pertama, membentang dari pergelangan tangan ke akhir metakarpal pertama (Iskandar 1998). Dan menurut Amphibianweb (2011) Rana erythraea (Green Paddy Frog), katak ini ditemukan pada padang rumput. Lokasi yang menjadi habitatnya adalah pada hutan sekunder muda (jurungan muda).
4.1.12 Rana picturata
Berikut ini adalah klasifikasi dari Rana picturata:
Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana picturata Boulenger, 1920 (Discoverlife, 2011)
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengukuran parameter tubuhnya yaitu sebagai berikut: Panjang Badan (PB) 100, 00 mm, Lebar Kepala (LK) 19,00 mm, Panjang Kepala (PK) 14,00 mm, Panjang Kaki Depan (PKD) 23,00 mm, Panjang Tibio-fibula (PTF) 44,00 mm, Panjang Femur (PF) 20,00 mm, Panjang Kaki Belakang (PKB) 65,00 mm, Panjang Moncong (PM) 8,00 mm, Diameter Tympanum (DT) 6,00 mm, Diameter Mata (DM) 10,00 mm, Jarak Inter Orbital (JIO) 11,00 mm, Jarak Inter Nares (JIN) 7,00 mm, Jarak antara Hidung dan Mata (JHM) 4,00 mm, Urutan Panjang Jari Kaki Depan (UPJKD) 3>4>1>2, Urutan Panjang Jari Kaki Belakang (UPJKB) 4>3>5>2>1, bentuk mulut truncatus, bentuk ujung jari meruncing, garis dorsolateral bewarna oranye.
Rana picturata (Spotted Stream Frog) Katak berukuran kecil sampai sedang. Tympanum terlihat jelas. Kulit berwarna hitam dengan bercak berwarna kuning. Terdapat garis kuning putus-putus dari moncong ke mata dan sampai ke kloaka. Kaki belakang terdapat garis kuning. Jantan terdapat di sepanjang sungai hutan primer dan sekunder. Betina lebih terestrial. Katak ini tercatat pada lokasi pinggiran sungai (riparian) merupakan habitatnya. Katak ini lebih menyukai sungai yang memiliki aliran yang deras Amphibianweb (2011).
4.2 Kunci Determinasi
1. a. Kulit kasar...................................................................... (2)
b. Kulit licin....................................................................... (3)
2. a. Kelenjar paratoid oval atau bulat................................... Bufo asper
b. Kelnjar paratiroid bulat memanjang............................... Bufo melanostictus
3. a. Selaput renang tidak jelas............................................... (4)
b. Selaput renang jelas........................................................ (5)
4. a. Memiliki selaput mata seperti tanduk dan ukuran tubuh betina besar daripada jantan Megophrys nasuta
b. Tidak memiliki selaput mata seperti tanduk dan ukuran tubuh kecil daripada ukuran kepala....................................................................................... Leptobranchium abbotti
5. a. Memiliki fejer line.......................................................... (6)
b. Tidak memiliki fejer line ............................................... (7)
6. a. 3 ruas jari dipenuhi dengan webbing.............................. Fejervarya cancrivora
b. 3 ruas jari tidak dipenuhi dengan webbing.................... Fejervarya limnocharis
7. a. Memiliki lipatan-lipatan pada kulit................................. Limnonectes kuhlii
b. Tidak memiliki lipatan-lipatan pada kulit....................... (8)
8. a. Garis dorsolateral bewarna oranye................................. Rana picturata
b. Garis dorsolateral tidak bewarna oranye........................ (9)
9. a. Lipatan dorsolateral tebal............................................... Rana erytraea
b. Lipatan dorsolateral tipis................................................ (10)
10. a. Memiliki disc.................................................................. Rana chalconota
b. Tidak memiliki disc........................................................ (11)
11. a. Canthus rostralis jelas terlihat......................................... Limnonectes shompenorum
b. Canthus rostralis tidak jelas terlihat............................... Limnonectes blythii
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Bufo asper, memiliki kelenjar paratoid aval atau bulat.
2. Bufo melanostictus, memiliki kelenjar paratoid bulat memanjang.
3. Leptobranchium abbotti, ukuran kepala lebih besar daripada ukuran badan.
4. Megophrys nasuta, memiliki selaput mata seperti tanduk, ukuran tubuh wanita tiga kali lebih besar daripada ukuran tubuh jantan.
5. Fejervarya cancrivora, hidup di sawah bersih dan memiliki 3 phalang yang dipenuhi dengan webbing.
6. Fejervarya limnocharis, hidup di sawah yang terkontaminasi dan memiliki 3 phalang yang tidak dipenuhi dengan webbing.
7. Limnonectes blythii, bentuk mulut sloping, bentuk ujung jari gada, ada gigi former, ada tutupan selaput renang, ada nuptial pad, warna kepala coklat kehitaman, ada processus odontoid pada mandibula.
8. Limnonectes kuhlii, memiliki lipatan-lipatan pada kulitnya.
9. Limnonectes shompenorum, canthus rostralis jelas terlihat.
10. Rana chalconota, memiliki jari berbentuk disc.
11. Rana erythraea, lipatan dorsolateralnya tebal.
12. Rana picturata, memiliki garis dorsolateral bewarna oranye.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini praktikan harus lebih teliti dan cermat dalam pemilihan objek, pengukuran dan pembuatan kunci determinasi agar hasil yang didapatkan akurat dan sesuai dengan objek.
DAFTAR PUSTAKA
American Museum Natural History. 2011. Amphibi Spescies of The World. http://research.amnh.org/vz/herpetology/amphibia/. 28 Maret 2011.
Amphibiaweb. 2011. Amphibian. http://amphibiaweb.org. 30 Maret 2011.
Anonymous. 2008. Megophrys nasuta. http://rejang-lebong.blogspot.com/2008/04/bornean-horned-frog-megophrys-nasuta.html. 30 Maret 2011.
Discoverlife. 2011. http://www.discoverlife.org. 31 Maret 2011.
Encyclopedia of Life. 2011. http://www.eol.org. 31 Maret 2011.
Jafnir. 1984. Kemungkinan Pembudidayaan Kodok Rana macrodon di Payakumbuh. UNAND: Padang.
Inger, R. F., and Stuebing, R. B. (1997). A Field Guide to the Frogs of Borneo. Natural History Publications (Borneo) Limited, Kota Kinabalu.
Iskandar, D.T dan Mistar. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI: Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar